A.
TEORI-TEORI
TENTANG KEPEMIMPINAN
1.
Great
Man Theory
Teori
ini mengatakan bahwa pemimpin besar (great leader) dilahirkan, bukan dibuat
(leader are born, not made). dan dilandasi oleh keyakinan bahwa pemimpin
merupakan orang yang memiliki sifat-sifat luar biasa dan dilahirkan dengan
kualitas istimewa yang dibawa sejak lahir dan ditakdirkan menjadi seorang
pemimpin di berbagai macam organisasi. Kartini Kartono dalam bukunya membagi
definisi teori ini dalam dua poin, yaitu seorang pemimpin itu tidak dibuat,
akan tetapi terlahir menjadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa
sejak lahirnya dan yang kedua dia ditakdirkan lahir menjadi seorang pemimpin
dalam situasi kondisi yang bagaimanpun juga.
Teori kepemimpinan ini dikembangkan dari penelitian awal yang mencangkup
studi pemimpin besar. Para pemimpin berasal dari kelas yang istimewa dan
memegang gelar turun-temurun. Sangat sedikit orang dari kelas bawah memiliki
kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin. Teori great man didasarkan pada
gagasan bahwa setiap kali ada kebutuhan kepemimpinan, maka munculah seorang
manusia yang luar biasa dan memecahkan masalah. Ketika teori great man
diusulkan, sebagian besar pemimpin adalah orang laki-laki dan hal itu tidak
bisa ditawar. Bahkan para peneliti adalah orang laki-laki juga, yang menjadi
alasan untuk nama teori tersebut “great man”.
2.
Teori
Sifat
Teori
sifat kepemimpinan adalah teori yang membedakan pada pemimpin dari mereka yang
bukan pemimpin dengan cara berfokus pada berbagai sifat dan karakteristik
pribadi masing-masing. Sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Cecil A. Gibb (1969) bahwa pemimpin satu kelompok
diketahui agak lebih tinggi, lebih cemerlang, lebih terbuka, dan lebih percaya
diri daripada yang bukan pemimpin. Atas dasar pemikiran tersebut timbul
anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan
oleh kemampuan pribadi pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah
kualitas seseorang dengan berbagai sifat atau ciri-ciri di dalam dirinya. Seorang
pemimpin akan sukses atau efektif apabila dia memiliki sifat sifat-sifat
seperti berani bersaing, percaya diri, bersedia berperan sebagai pelayan orang
lain, loyalitas tinggi, intelegensi tinggi, hubungan interpersonal baik, dan
lain sebagainya. Menurut Judith R. Gordon menyatakan bahwa seorang pemimpin
harus memiliki karakter, seperti kemampuan intelektual, kematangan pribadi,
pendidikan, status sosial ekonomi, human relations, motivasi instrinsik dan
dorongan untuk maju.
3.
Teori
Perilaku
Teori perilaku disebut juga dengan
teori sosial dan merupakan sanggahan terhadap teori genetis. Pemimpin itu harus
disiapkan, dididik dan dibentuk tidak dilahirkan begitu saja (leaders are made,
not born). Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan
pendidikan serta dorongan oleh kemauan sendiri. Teori ini tidak menekankan pada
sifat-sifat atau kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin tetapi
memusatkan pada bagaimana cara aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi
orang lain dan hal ini dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan masing-masing. Dasar
pemikiran pada teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang
individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian
tujuan.
Teori ini memandang bahwa
kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari
sifat-sifat seorang pemimpin. Alasannya sifat seseorang relatif sukar untuk
diidentifikasikan. Beberapa pandangan para ahli, antara lain James Owen (1973)
berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari. Hal ini berarti bahwa orang yang
dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara
efektif.
B.
PEMBAHASAN
Pembangunan sepertinya sebagai suatu
fenomena yang tidak habis-habisnya dibahas dalam kerangka kajian
keberlangsungan hidup manusia. Fenomena ini melekat sebagai salah satu ciri
kehidupan manusia yang kerap mengalami perubahan menurut berbagai dimensi yang
ada. Konsep pembangunan biasanya melekat dalam konteks kajian suatu perubahan,
pembangunan disini diartikan sebagai bentuk perubahan yang sifatnya
direncanakan; setiap orang atau kelompok orang tentu akan mengharapkan
perubahan yang mempunyai bentuk lebih baik bahkan sempurna dari keadaan yang
sebelumnya; untuk mewujudkan harapan ini tentu harus memerlukan suatu
perencanaan.
Selo Soemardjan menyatakan
bahwa perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang
diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang
hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Masyarakat Indonesia, kalau
bisa dikatakan demikian, tidak terlepas dari fenomena pembangunan ini.
Keaneka-ragaman, etnik, ras, kelompok, dan agama dengan bentuk dan tingkat
kehidupan yang berbeda dalam masyarakat ini secara langsung maupun tidak
langsung mendorong timbulnya perubahan dalam masyarakat sendiri.
Inilah yang dirasakan lebih
memperlihatkan substansinya dalam masyarakat Indonesia ini dalam perkembangan
lebih lanjut, suatu proses pembangunan dapat dijadikan sebagai suatu ukuran
untuk menilai sejauh mana nilai-nilai dasar masyarakat yang terlibat dalam
proses ini bisa memenuhi seperangkat kebutuhan hidup dan mengatasi berbagai
masalah dari dinamika masyarakatnya. Dan tidak terlepas dari perkembangan
kepemimpinan mulai dari :
v Masa Pemerintahan Orde Lama
v Masa
Pemerintahan Orde Baru
v Masa
Pemerintahan Reformasi
Ø Masa
Pemerintahan Orde Lama
Pada masa orde lama system
pemerintahan di Indonesia mengalami beberapa peralihan. Indonesia pernah menerapkan system pemerintahan presidensial,
perlementer, demokrasi liberal dan system pemerintahan terpimpin. Berikut
penjelasan mengenai system pemerintahan
masa Soekarno ;
·
Masa Pemerintahan Pasca Kemerdekaan(
1945- 1950 )
Pada tahun 1945-1950 terjadi
perubahan system pemerintahan dari presidensial menjadi perlementer. Dimana
dalam system pemerintahan presidensial presiden memiliki fungsi ganda yaitu
sebagai badan eksekutif merangkap sekaligus sebagai badan legislative. Pada
masa pemerintahan Soekarno ini juga terjadi penyimpanagan UUD 1945 Berikut
penyimpangan UUD 1945 yang terjadi pada masa pemerintahan orde lama yaitu:
Fungsi Komite Nasional Indonesia Pusat ( KNIP) berubah dari pembantu presiden
menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislative dan ikut menetapkan GBHN yang
merupakan wewenang MPR.
·
Masa Demokrasi Liberal ( 1950-1959)
Masa pemerintahan pada tahun
1950-1959 disebut masa liberal karena dalam politik maupun sitem ekonominya
menggunakan prinsip-prinsip liberal. Pada saat Negara kita meganut system Negara
liberal, terdapat ciri-ciri system pemerintahan liberal yaitu:
o
Presiden
dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat
o
Menteri
bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan
o
Presiden
berhak membubarkan MPR
o
Perdana
menteri diangkat oleh presiden
Pada 17 Agustus 1950- 5 juli 1959
Presiden soekarno memerintah mengguanakan konstitusi Undang-Undang Dasar
Sementara Republik Indonesia 1950 Dewan konstituante diserahi tugas membuat
undang-undang dasar yang baru sesuai dengan amanat UUDS 1950. Namun pada sampai
tahun 1959 badan ini belum juga bisa
membuat konstitusi baru. Akhirnya Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 yang
membubarkan konstituante , Isi Dekrit presiden 5 Juli 1959 adalah:
a. Pembentukan MPRS dan DPAS
b. Kembali berlakunya UUD 1945 dan
tidak berlakunya lagi UUDS 1950
c. Pembubaran Konstituante
·
Demokrasi Terpimpin ( 1959-1968)
Demokrasi terpimpin adalah sebuah
system demokrasi dimana seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada
pemimpin Negara yaitu presiden soekarno. Sistem pemerintahan demokrasi
terpimpin pertama kali diumumkan oleh presiden Soekarno dalam pembukaan sidang
konstituante pada tanggal 10 november
1956.
Ø Masa Pemerintahan Orde Baru
Di
awal kekuasaan, Pemerintah presiden Ir. soekarno pada masa era Orde Baru
mewarisi kemerosotan ekonomi yang ditinggalkan oleh pemerintahan sebelumnya.
Kemerosotan ekonomi ini ditandai oleh rendahnya pendapatan perkapita
penduduk Indonesia yang hanya mencapai 70 dollar AS, tingginya inflasi yang
mencapai 65%, serta hancurnya sarana-sarana ekonomi akibat konflik yang terjadi
di akhir pemerintahan Ir.Soekarno untuk mengatasi kemerosotan ini, pemerintah
Orde Baru membuat program jangka pendek berdasarkan Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966
yang diarahkan kepada pengendalian inflasi dan usaha rehabilitasi sarana
ekonomi, peningkatan kegiatan ekonomi, dan pencukupan kebutuhan sandang.
Program jangka pendek ini diambil dengan pertimbangan apabila inflasi dapat
dikendalikan dan stabilitas tercapai, kegiatan ekonomi akan pulih dan produksi
akan meningkat.
Mulai
tahun 1 April 1969, pemerintah menciptakan landasan untuk pembangunan yang
disebut sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita). Repelita pertama yang mulai dilaksanakan tahun 1969 tersebut fokus
pada rehabilitasi prasarana penting dan pengembangan iklim usaha dan investasi.
Pembangunan sektor pertanian diberi prioritas untuk memenuhi kebutuhan pangan
sebelum membangun sektor-sektor lain. Pembangunan antara lain dilaksanakan
dengan membangun prasana pertanian seperti irigasi,
perhubungan, teknologi pertanian,
kebutuhan pembiayaan, dan kredit perbankan. Petani juga dibantu melalui
penyediaan sarana penunjang utama seperti pupuk
hingga pemasaran
hasil produksi
Repelita
I membawa pertumbuhan ekonomi naik dari rata-rata 3% menjadi 6,7% per tahun,
pendapatan perkapita meningkat dari 80 dolar AS menjadi 170 dolar AS, dan
inflasi dapat ditekan menjadi 47,8% pada akhir Repelita I di tahun 1974.
Repelita II (1974-1979) dan Repelita III (1979-1984) fokus pada pencapaian
pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional, dan pemerataan pembangunan dengan
penekanan pada sektor pertanian dan industri yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan baku. Pada tahun 1984, Indonesia berhasil mencapai status swasembada
beras dari yang tadinya merupakan salah satu negara pengimpor beras terbesar di
dunia di tahun 1970-an. Fokus Repelita IV (1984-1989) dan Repelita V
(1989-1994), selain berusaha mempertahankan kemajuan di sektor pertanian, juga
mulai bergerak menitik beratkan pada sektor industri khususnya industri yang
menghasilkan barang ekspor,
industri yang menyerap tenaga
kerja, industri pengolahan hasil pertanian, dan industri
yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri.
·
Kebijakan Ekonomi Orde Baru Pada Masa Presiden
Soeharto
Orde Baru hadir dengan semangat “koreksi total” atas penyimpangan yang dilakukan Oleh Soekarno pada masa Orde Lama Orde Baru
berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998 dalam
jangka waktu tersebut ekonomi indonesia berkembang pesat meskipun hal ini
terjadi bersamaan dengan praktik
korupsi yang merajalela di Indonesia sampai pada era reformasi birokrasi saat ini.Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga melebar.
Penataan kehidupan ekonomiuntuk mengatasi keadaan ekonomi yang kacau sebagai peninggalan pemerintah Orde Lama, pemerintah Orde Baru melakukan langkah-langkah:
·
Memperbaharui kebijakan ekonomi, keuangan, dan pembangunan. Kebijakan
ini didasari
oleh Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966.
·
MPRS mengeluarkan garis
program pembangunan, yakni program
penyelamatan, program stabilisasi dan rehabilitasi.
Program
pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama
stabilitas dan rehabilitas ekonomi. Stabilitas ekonomi berarti mengendalikan
inflasi agar harga barang tidak melonjak terus. Rehabilitasi ekonomi adalah
perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini
adalah pembinaaan system ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi
ekonomi kearah terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.
Isi Trilogi Pembagunan adalah sebagai berikut:
·
Pemerataan pembangunan dan hasilnya
menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
·
Stabilitas nasional yang sehat dan
dinamis
·
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
·
Pelita IV yaitu dititik beratkan pada
sektor pertanian menuju swasembada pangan
·
Pelita V yaitu sasarannya pada sektor
pertanian dan industry untuk memantapkan swsembada pangan dan meningkatkan produksi
pertanian lainnya serta menghasilkan barang ekspor.
·
Pelaksanaan Otonomi Daerah di
Masa Orde Baru
Sejak
tahun 1966, pemerintah Orde Baru berhasil membangun suatu pemerintahan nasional
yang kuat dengan menempatkan stabilitas politik sebagai landasan untuk
mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia. Politik yang pada masa pemerintahan
Orde Lama dijadikan panglima, digantikan dengan ekonomi sebagai panglimanya,
dan mobilisasi massa atas dasar partai secara perlahan digeser oleh birokrasi
dan politik teknokratis. Banyak prestasi dan hasil yang telah dicapai oleh
pemerintahan Orde Baru, terutama keberhasilan di bidang ekonomi yang ditopang
sepenuhnya oleh kontrol dan inisiatif program-program pembangunan dari pusat.
Dalam
kerangka struktur sentralisasi kekuasaan politik dan otoritas administrasi
inilah, dibentuklah Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah. Mengacu pada UU ini, Otonomi Daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Selanjutnya yang dimaksud dengan Daerah Otonom, selanjutnya disebut
Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah
tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ø Masa Pemerintahan Reformasi
Penyebab utamanya adalah berhentinya Presiden
Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 dan digantikian oleh Wakil Presiden
Dr.Ir.Bj.Habibie.
Berhentinya
Soeharto karena tak adanya kepercayaan dari masyarakat serta menghadapi krisis
ekonomi yang berkepanjangan.
Ada
faktor-faktor lain penyebab munculnya era reformasi:
- Krisis Politik
Demokrasi yang tidak
dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan permasalahan politik.
Kedaulatan rakyat berada di tangan kelompok tertentu, bahkan lebih banyak
dipegang oleh para penguasa. Pada UUD 1945 pasal 2 telah disebutkan bahwa
kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR. Namun
pada dasarnya secara de jure kedaulatan rakyat tersebut dilaksanakan oleh MPR
sebagai wakil-wakil rakyat, tetapi secara de facto anggota MPR sudah diatur dan
direkayasa.
Sebagian anggota DPR
itu diangkat berdasarkan hubungan kekeluargaan (nepotisme), misalnya istri,
anak, atau kerabat dekat para pejabat tinggi. Oleh karena itu, keputusan
DPR/MPR dapat diatur oleh pihak penguasa. Setahun sebelum pemilu 1997, situasi
politik di Indonesia mulai memanas. Pemerintah Orde Baru yang didukung oleh
Golongan Karya (Golkar) berusaha untuk memenangkan pemilu secara mutlak,
seperti pada pemilihan umum sebelumnya. Sedangkan tekanan-tekanan terhadap
pemerintah Orde Baru semakin berkembang. Baik di kalangan politisi,
cendekiawan, maupun dari masyarakat.
2. Krisis
Hukum
Pada masa pemerintahan
Orde Baru banyak terjadi ketidakadilan di bidang hukum. Misalnya pada pasal 24
UUD 1945 dinyatakan bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan
terlepas dari kekuasaan pemerintah. Namun pada kenyataannya kekuasaan kehakiman
berada di bawah kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu, lembaga pengadilan sangat
sulit mewujudkan keadilan bagi rakyat, karena hakim-hakim harus melayani
kehendak penguasa. Bahkan hukum sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas
tindakan dan kebijakan pemerintah. Selain itu, sering terjadi rekayasa dalam
proses peradilan, apabila peradilan itu menyangkut diri penguasa dan
kerabatnya.
3. Krisis
Ekonomi
Krisis moneter yang
melanda negara-negara Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996, juga memengaruhi
perkembangan perekonomian Indonesia. Ekonomi Indonesia ternyata belum mampu
untuk menghadapi krisis global tersebut. Ketika nilai tukar rupiah terus
melemah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0% dan berakibat pada iklim
bisnis yang semakin lesu. Kondisi moneter Indonesia mengalami keterpurukan,
yaitu dengan di likuidasinya sejumlah bank pada akhir tahun 1997. Walaupun pada
awal tahun 1998 pemerintah Indonesia membuat kebijakan uang tetap dan suku
bunga bank tinggi, namun krisis moneter tetap tidak dapat teratasi. Akhirnya
pada bulan April 1998, pemerintah membekukan tujuh buah bank bermasalah.
Dalam
perkembangan berikutnya, nilai tukar rupiah terus melemah dan menembus angka
Rp10.000,00 per dolar Amerika Serikat. Kondisi seperti itu semakin diperparah
oleh para spekulan valuta asing baik dari dalam maupun dari luar negeri,
sehingga kondisi ekonomi nasional semakin bertambah buruk. Oleh karena itu,
krisis moneter tidak hanya menimbulkan kesulitan keuangan negara, tetapi juga
telah menghancurkan keuangan nasional.
Memasuki
tahun anggaran 1998/1999, krisis moneter telah memengaruhi aktivitas ekonomi
yang lainnya. Perusahaan-perusahaan banyak yang tidak mampu membayar utang luar
negerinya yang telah jatuh tempo. Bahkan banyak terdapat perusahaan yang
mengurangi atau menghentikan sama sekali kegiatannya, akibatnya angka pemutusan
hubungan kerja (PHK) meningkat. Angka pengangguran meningkat, sehingga daya
beli dan kualitas hidup masyarakat pun semakin bertambah rendah. Akibatnya,
kesenjangan ekonomi yang telah terjadi sebelumnya semakin tampak jelas setelah
berlangsungnya krisis ekonomi tersebut.
Mundurnya
Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998
dapat dikatakan sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan “Era Reformasi“.Masih
adanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada
masa Reformasi ini sering membuat beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru
masih belum berakhir. Oleh karena itu Era Reformasi atau Orde Reformasi sering
disebut sebagai “Era Pasca Orde Baru”. Berakhirnya rezim Orde Baru, telah
membuka peluang guna menata kehidupan demokrasi. Reformasi politik, ekonomi dan
hukum merupakan agenda yang tidak bisa ditunda. Demokrasi menuntut lebih dari
sekedar pemilu.
Demokrasi
yang mumpuni harus dibangun melalui struktur politik dan kelembagaan demokrasi
yang sehat. Namun nampaknya tuntutan reformasi politik, telah menempatkan
pelaksanan pemilu menjadi agenda pertama. Pemilu pertama di masa reformasi
hampir sama dengan pemilu pertama tahun 1955 diwarnai dengan kejutan dan
keprihatinan. Pertama, kegagalan partai-partai Islam meraih suara siginifikan.
Kedua, menurunnya perolehan suara Golkar. Ketiga, kenaikan perolehan suara PDI
P. Keempat, kegagalan PAN, yang dianggap paling reformis, ternyata hanya
menduduki urutan kelima. Kekalahan PAN, mengingatkan pada kekalahan yang
dialami Partai Sosialis, pada pemilu 1955, diprediksi akan memperoleh suara
signifikan namun lain nyatanya.
·
Pemerintahan
B.J Habibie
Sidang
Istimewa MPR yang mengukuhkan Habibie sebagai Presiden, ditentang oleh
gelombang demonstrasi dari puluhan ribu mahasiswa dan rakyat di Jakarta dan di
kota-kota lain. Gelombang demonstrasi ini memuncak dalam peristiwa Tragedi
Semanggi, yang menewaskan 18 orang. Masa pemerintahan
Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana Moneter Internasional
untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu, Habibie juga
melonggarkan pengawasan terhadap media
massa dan kebebasan
berekspresi.
Presiden
BJ Habibie mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi. Sejumlah tahanan politik
dilepaskan. Sri Bintang
Pamungkas dan Muchtar Pakpahan
dibebaskan, tiga hari setelah Habibie menjabat. Tahanan politik dibebaskan
secara bergelombang. Tetapi, Budiman Sudjatmiko
dan beberapa petinggi Partai Rakyat Demokratik
baru dibebaskan pada era Presiden Abdurrahman Wahid. Setelah Habibie
membebaskan tahanan politik, tahanan politik baru muncul. Sejumlah aktivis
mahasiswa diadili atas tuduhan menghina pemerintah atau menghina kepala negara.
Desakan meminta pertanggung jawaban militer yang terjerat pelanggaran HAM tak
bisa dilangsungkan karena kuatnya proteksi politik.
Bahkan,
sejumlah
perwira militer yang oleh Mahkamah Militer
Jakarta telah dihukum dan dipecat karena terlibat penculikan, kini telah kembali duduk dalam jabatan struktural. Beberapa
langkah perubahan diambil oleh Habibie, seperti liberalisasi parpol, pemberian
kebebasan pers, kebebasan berpendapat, dan pencabutan UU
Subversi. Walaupun begitu Habibie juga sempat tergoda meloloskan UU Penanggulangan
Keadaan Bahaya, namun urung dilakukan karena besarnya
tekanan politik dan kejadian Tragedi Semanggi II yang menewaskan mahasiswa UI,
Yun
Hap.
Kejadian penting dalam masa pemerintahan Habibie adalah keputusannya untuk
mengizinkan Timor Timur untuk mengadakan referendum
yang berakhir dengan berpisahnya wilayah tersebut dari Indonesia
pada Oktober 1999.
Keputusan
tersebut terbukti tidak populer di mata masyarakat sehingga kini pun masa
pemerintahan Habibie sering dianggap sebagai salah satu masa kelam dalam sejarah
Indonesia. Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet.
Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional
dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga
membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat
dan kegiatan organisasi.
Walaupun
pengesahan hasil Pemilu 1999 sempat tertunda, secara umum proses pemilu multi
partai pertama di era reformasi jauh lebih Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia
(Luber) serta adil dan jujur dibanding masa Orde Baru. Hampir tidak ada
indikator siginifikan yang menunjukkan bahwa rakyat menolak hasil pemilu yang
berlangsung dengan aman. Realitas ini menunjukkan, bahwa yang tidak mau
menerima kekalahan, hanyalah mereka yang tidak siap berdemokrasi, dan ini hanya
diungkapkan oleh sebagian elite politik, bukan rakyat.
Ø Presiden
Gusdur ( Abdurahman Wahid )
Pada
awal tahun 1998 rezim Orde Baru sudah tidak mampu membendung arus Reformasi
yang bergulir begitu cepat. Setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri maka
bangsa Indonesia memasuki babak baru. Yang dimulai dari Presiden BJ.Habibie
segera melakukan langkah-langkah pembaruan sebagaimana tuntutan Reformasi. Yang
selanjutnya dilanjutkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid yang menampilkan energi
yang luar biasa, tekad untuk menggulingkan unsur-unsur sentralistis dan
hierarkis yang represif (menindas) semasa pemerintahan Soeharto dan kesediaan
untuk berfikir kreatif sehingga banyak pihak mengaguminya.
Ø Presiden
Megawati Soekarnoputri
Megawati
Soekarnoputri adalah Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23 Juli
2001 – 20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita Indonesia pertama dan
merupakan anak dari presiden Indonesia pertama. Megawati juga merupakan ketua
umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sejak memisahkan diri dari
Partai Demokrasi Indonesia pada tahun 1999. Pemilu 1999.
Ø Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden
JK Pemerintahan SBY-JK berlangsung pada tahun 2004-2009. Dalam pemerintahan
ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya, Jusuf Kalla
mencetuskan visi dan misi sebagai berikut: Visi: 1) Terwujudnya kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun dan damai. 2)
Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hukum,
kesetaraan dan hak-hak asasi manusia. 3) Terwujudnya perekonomian yang mampu
menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan
pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan.
Misi:
1) Mewujudkan Indonesia yang aman damai. 2) Mewujudkan Indonesia yang adil dan
demokratis. 3) Mewujudkan Indonesia yang sejahtera. Pada periode
kepemimpinannya yang pertama, SBY membentuk Kabinet Indonesia Bersatu yang
merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla. Kabinet Indonesia
Bersatu dibentuk pada 21 Oktober 2004 dan masa baktinya berakhir pada tahun
2009. Pada 5 Desember 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan kabinet untuk
pertama kalinya, dan setelah melakukan evaluasi lebih lanjut atas kinerja para
menterinya, Presiden melakukan perombakan kedua pada 7 Mei 2007. Program
pertama pemerintahan SBY-JK dikenal dengan program 100 hari.
Program
ini bertujuan memperbaiki sitem ekonomi yang sangat memberatkan rakyat
Indonesia, memperbaiki kinerja pemerintahan dari unsur KKN, serta mewujudkan
keadilan dan demokratisasi melalui kepolisian dan kejaksaan agung. Langkah
tersebut disambut baik oleh masyarakat. Secara umum SBY-JK melakukan
pemeriksaan kepada pejabat yang diduga korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi kebebasan oleh presiden melakukan andil dan pemberantasan korupsi.
Hasilnya telah terjadi pemeriksaan tersangka korupsi dan pejabat pemerintahan
sebanyak 31 orang selama 100 hari.
Kondisi
perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat
baik.Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan
ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009. Bank
Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6%
pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6,5% pada 2011. Dengan demikian prospek
ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.
Sektor
pendidikan juga digagas dengan baik oleh SBY. Berbagai kunjungan ke daerah
dilakukan untuk menengok fasilitas pendidikan agar tidak mengganggu jalannya
proses pembelajaran. Hal ini semakin mengukuhkan masyarakat jika SBY mencoba
untuk membuat Indonesia yang lebih baik dari sisi pelaksanaan pemerintahan
hukum dan ekonomi. Kepemimpinan SBY dilihat dari berbagai aspek seperti
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta ideologi
sebagai berikut Politik di zaman SBY dapat terlihat dalam masalah hubungan
Indonesia dengan Negara terdekat seperti Singapura, Australia, dan Malaysia,
serta sikap Indonesia terhadap masalah-masalah Internasional.
Pemerintah di bawah kepemimpinan
Presiden Joko Widodo
(Jokowi) diperkirakan semakin memperketat sistem kerja para Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Hal itu dibuktikan dengan rencana moratorium
(penghentian sementara) penerimaan CPNS 5 tahun yang mana hal ini
bertujuan untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi anggaran belanja negara. Selain itu, pemerintah akan mempertimbangkan
sejumlah faktor untuk menaikkan gaji PNS ke depan. "Pertama kita lihat
apakah saat itu kondisi keuangan negara sedang baik atau tidak," kata
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Yuddy di
Kantor Kemenpan-RB, Jumat 14 November tahun 2014.
Kenaikan
gaji PNS, pada pemerintahan yang lalu nampak dilakukan tiap tahunnya dalam
APBN, tidak ada syarat khusus bagi seorang aparat Sipili negara atau PNS namun
kenaikan Gaji PNS tetap berjalan secara rutin pada tiap tahunnya.Hal ini
sepertinya akan berbeda pada pemerintahan Kabinet Kerja Jokowi
yang
nampak sudah mulai mengambil sikap akan kualitas pelayanan publik yang
diberikan PNS di Negeri ini adalah hal mutlak untuk dijadikan persyaratan kriteria untuk kenaikan Gaji PNS.
.
Borgata Hotel Casino & Spa, Atlantic City NJ Review
BalasHapusCasino at Borgata Hotel Casino & 제목학원 Spa is an Atlantic City, NJ-based casino and 먹튀 커뮤니티 hotel 스포츠라이브스코어 that was opened 먹튀 사이트 먹튀 랭크 in 2004. 온라인 슬롯 사이트 It's owned and operated by